Senin, 31 Juli 2017

Pelangi Pertama



Hari ini sengaja ku sempatkan memandangi secercah pagi dengan petunjuk kopi. Bukan kopi hitam pekat, melainkan white coffe begitulah mereka menyebutnya. Yap, ada pelangi yang membuncah indah di angkasa raya, menyapa sibuk dengan senyum mengembangnya. Ia elok menukik meliuk dari ujung ke pelupuk mata tanpa menoreh luka. Tidak ada luka, namun ada melodi yang tersibak. Memori biru kusebut dia. Biru itu air, dingin dan menyegarkan. Iya, dia pelangi pertama yang lepaskan dahaga. Tiga belas dengan satuan tahun. Hanya biru satu warna kala itu. Warna yang kutahu menyatu dengan langit dan lautanku. 


Ada lidah kelu dan sikap kaku saat aku menatap pelangi biru. Sulit ungkapkan rasa padahal ia ada. Berat nyatakan padahal ia terasa. Begitulah, karena lain hari lain pula cerita. Lain jalan lain pula arah. Aku sungguh hanya merasa kesakitan namun tak terasa. Merasa Buta namun ku tau apa. Merasa hilang namun aku ada. Jadi siapa gerangan pelangi pertama di langit senja itu? 


Biarlah ku tambatkan sauh di dermaga terakhirku 
Dermaga yang ku harap adalah pelangi pertama itu
Biarlah ku gulung layarku menuju medanmu
Medan yang ku lihat ada pada pelangi biru
Biarlah angin menghuyung rasa manis itu
Rasa manis yang kian hari kian meletup syahdu


T35