Senja adalah torehan tinta emas menawan Lekat dengan nuansa asmara Senja adalah kelembutan berselimut dingin Pekat akan jiwa-jiwa yang tenang aku cinta senja
Rabu, 09 September 2015
Awan Hitam Bersemayam
Δα = Gap
Seharusnya jika kau tak berniat memberi warna, jangan kau hilangkan warna aslinya. Jika kau tak berniat menanam pisang, jangan kau cangkul tanah ladangnya. Bila kau tak bermaksud menggores pualam, jangan kau gosok permukaanya. Semestinya jika kau tak suka mendengar orang mendongeng, jangan kau potong jalan ceritanya.
Jumat, 04 September 2015
Layang-Layang
Ini adalah sebuah catatan perjalanan seorang pengembara amatir. Ia mencoba menghirup pikuknya sebuah kota eksotik Jogja, begitu para wisatawan menyebutnya. Gudeg, angkringan, campursari, tenda dan Malioboro. Ada yang melekat kala itu, adalah sebuah kisah klasik yang membekas di memori ingatan. Sebuah album yang dikemas dengan nuansa drama pertemanan dan romantisme begitu aku menyebutnya. Namun ada batasan diantara pertemuan itu, sebuah tembok pemisah yang seolah menjadi pembatas sakral yang tiada bisa disatukan.. haha
Malam menyeruak, hening di ingatan. Kala itu tepat musim penghujan, namun petang menjelang tanpa malu menyibakkan gemintang di angkasa. Indah, langit berpihak pada perjalanan kami kala itu kawan, bahkan aroma kota gudegpun seolah lumer dalam penciuman lekat sekali. Ada makhluk diujung peron, mengumpulkan keberanian untuk meletupkan sebuah kalimat sapa. Siapa pula yang mau peduli pada alien yang nyata-nyata bukanlah siapa-siapa. ouchhh.. :p
Sepanjang garis lintasan kami, ada rasi-rasi indah di langit Jogja. Ada pesona rembulan yang memancar terang. Ada lampu jalanan yang mengisyaratkan keramaian. Hussssh.. Ada hati pula rupanya yang tertimba.. hehehe
Hati yang masih tabu untuk di kuak. Hati yang masih rapat menggenggam rahasia. Rupa-rupa warnanya, namun siapa pula yang menyangka?Malam kian larut namun, pesona Jogja kian melekat. Bagaikan melangkahkan kaki diatas kekuatan ultra, tiada rasa lelah terpancar, tangan melambai, mata tiada henti mengguratkan kekaguman, mulut berkelumit mengungkap pujian. Hai, adakah kalian tau?
Ada sesuatu dibalik remang-remang lampu. Sorot mata yang nampak lebih tajam dari bilah, sungging senyum yang merekah, dan pundak yang lebih tinggi dari ransel. Lebih tinggi dari ransel? Iya, ada keril yang digendognya. hahaha
Kini siapa sangka akan berjumpa dengan alien yang sempat mengumpulkan tenaga untuk sekedar menyapa. Alien yang naik dan turun dari gerbong yang sama. Alien yang hanya mampu mengisyaratkan sebuah garis bernama takdir. Yah, ini adalah takdir. Bukankah selembar daun tiada akan gugur tanpa takdir dari Sang Kuasa? Benar sekali, kala itu temaram berpihak padanya. Ada sedikitnya celah waktu serta tempat dimana aku berhenti melenggang. Sekedar mencicipi sesuatu yang mampu menggoyangkan lidah.. Sate.. hehehe
Entah dari mana keberanian itu terkumpul? Mendekat dan menanya tentang ini dan itu, tentang anu dan ehmmm hingga habislah bahasan. haha..
Rembulan turut memerah, menemani langkah indah. Angin malam seolah menggugah sanubari yang kian membuncah. Pekat malam kian meletup seiring derik hati yang menguncup. Gemintangpun menyembulkan kawanan mengitari diri nan berdendang. Aiihhh..
Rembulan turut memerah, menemani langkah indah. Angin malam seolah menggugah sanubari yang kian membuncah. Pekat malam kian meletup seiring derik hati yang menguncup. Gemintangpun menyembulkan kawanan mengitari diri nan berdendang. Aiihhh..
Aku Sonya, bukanlah siapa-siapa. Tak ada yang itimewa. Bergigi kelinci dua, bermata sipit cina dan berkulit putih salju himalaya. Sikapku dingin, sering dinilai sinis, tak jarang pula dikatakan apatis. Tetapi dialah yang buatku terheran-heran. Malam itu berlanjut hingga pagi. Ada sosok alien di ujung peron sana. Ouw,,, mendekat ia mendekat semakin dekat. satu.. dua.. Aku terdiam manis, mematung sesaat dua tiga detik memandang lamat-lamat senyum itu. Sepatah kata, seuntai kalimat, separagraf cerpen, mungkin bisa jadi satu novel. hahahaa...
Ada kisah yang tak terungkap, ada cerita yang tak tersibak. "Ada senyum yang tertinggal..." Aku hanya mampu menyimpul senyum merengkuh dayung seirama detak jantung. Ia begitu klasik bukan? Bukankah itu kalimat yang menjamurkan berjuta irama? Bukankah itu adalah kalimat apik yang mengandung zat-zat psikotropika? Bukankah kalimat itu menyiratkan tinta merah muda? Entahlah, yang pasti itu adalah kalimat penutup perjumpaan kita.
Ada kisah yang tak terungkap, ada cerita yang tak tersibak. "Ada senyum yang tertinggal..." Aku hanya mampu menyimpul senyum merengkuh dayung seirama detak jantung. Ia begitu klasik bukan? Bukankah itu kalimat yang menjamurkan berjuta irama? Bukankah itu adalah kalimat apik yang mengandung zat-zat psikotropika? Bukankah kalimat itu menyiratkan tinta merah muda? Entahlah, yang pasti itu adalah kalimat penutup perjumpaan kita.
Do..Mi..Sol.. !!! Aku kembali pulang. Bukankah merpati tak pernah ingkar janji ?
Selamat tinggal, tsah,, aku benci perpisahan.. :'(
photo by: Ivan Loviano
Rabu, 02 September 2015
Lorong Waktu
Hai aku kembali... :)
Setelah sekian lamanya dibutakan oleh tumpukan rutinitas.. hehee.. ehm, setelah sekian lamanya kemarau, ini adalah buah kekeringanku....
Entah sudah beberapa lama ini aku tersedot ke dalam lubang hitam besar. Ia terus menarikku menuju ke sebuah dataran tinggi. Aku kenal dengan dataran ini, dataran yang dulu sempat menyematkan namanya di hatiku. Kala itu ada seorang kesatria datang dengan sebuah ketidak sengajaan. Iapun datang dengan membawa mawar merah. Ibarat sebuah kebun tandus yang tersiram hujan semalam. Betapa segarnya aroma tanahnya, betapa indahnya melihat bulir air yang menetes itu. Hari demi hari, pekan demi pekan hingga berbulan-bulan lamanya. Tumbuhlah bunga-bunga cantik, pepohonanpun tak malu-malu menampakkan kuncup daunnya. Sungguh kebun yang luar biasa indah. Burung-burung tak hentinya berkicau riang, merajut sarang dipucuk dahan.
Ada yang berbeda, manakala semusim perjalanan terlewatkan. Badai panas kembali melanda. Tiba-tiba kawan... :(
Tiada lagi kuncup lembayung, mawar nan merekah dan rajutan sarang burung cantik yang gemar bersiul riang. Tanah pun kembali tandus gersang, seiring usia semusim berjalan. Apalah arti 2 perisai yang dulu digadangkan ? Tiada guna lagi makna mawar yang sempat disodorkan. Mestinya tak ada lagi kata sapa diantara kau dan aku kala itu. Seharusnya tidak ada kisah pertemuan yang syarat akan senyuman.
Kini telah hampir separuh windu berlalu, namun entah apa yang undang lorong waktu menghantarkan aku kembali ke dataran kelabu itu. Menengadah ke langit mendongak ke angkasa setiap kali ada senja dengan riuh burung gereja. Berharap itu adalah kereta yang bawamu kembali pulang. Kecewa, lagi lagi kekecewaan, hanya lambaian tangan bayang-bayang yang selalu tebarkan senyuman. Sekian lama aku memendam, semakin perih kala menyaksikan surya tenggelam. Tiada salam perpisahan, hanya sepucuk haru yang kau layangkan. Biarlah semoga tiada lagi benih-benih pengharapan palsu yang kau tebar. Semoga kebahagiaan menyertaimu.... Bye... :)
Setelah sekian lamanya dibutakan oleh tumpukan rutinitas.. hehee.. ehm, setelah sekian lamanya kemarau, ini adalah buah kekeringanku....
Entah sudah beberapa lama ini aku tersedot ke dalam lubang hitam besar. Ia terus menarikku menuju ke sebuah dataran tinggi. Aku kenal dengan dataran ini, dataran yang dulu sempat menyematkan namanya di hatiku. Kala itu ada seorang kesatria datang dengan sebuah ketidak sengajaan. Iapun datang dengan membawa mawar merah. Ibarat sebuah kebun tandus yang tersiram hujan semalam. Betapa segarnya aroma tanahnya, betapa indahnya melihat bulir air yang menetes itu. Hari demi hari, pekan demi pekan hingga berbulan-bulan lamanya. Tumbuhlah bunga-bunga cantik, pepohonanpun tak malu-malu menampakkan kuncup daunnya. Sungguh kebun yang luar biasa indah. Burung-burung tak hentinya berkicau riang, merajut sarang dipucuk dahan.
Ada yang berbeda, manakala semusim perjalanan terlewatkan. Badai panas kembali melanda. Tiba-tiba kawan... :(
Tiada lagi kuncup lembayung, mawar nan merekah dan rajutan sarang burung cantik yang gemar bersiul riang. Tanah pun kembali tandus gersang, seiring usia semusim berjalan. Apalah arti 2 perisai yang dulu digadangkan ? Tiada guna lagi makna mawar yang sempat disodorkan. Mestinya tak ada lagi kata sapa diantara kau dan aku kala itu. Seharusnya tidak ada kisah pertemuan yang syarat akan senyuman.
Kini telah hampir separuh windu berlalu, namun entah apa yang undang lorong waktu menghantarkan aku kembali ke dataran kelabu itu. Menengadah ke langit mendongak ke angkasa setiap kali ada senja dengan riuh burung gereja. Berharap itu adalah kereta yang bawamu kembali pulang. Kecewa, lagi lagi kekecewaan, hanya lambaian tangan bayang-bayang yang selalu tebarkan senyuman. Sekian lama aku memendam, semakin perih kala menyaksikan surya tenggelam. Tiada salam perpisahan, hanya sepucuk haru yang kau layangkan. Biarlah semoga tiada lagi benih-benih pengharapan palsu yang kau tebar. Semoga kebahagiaan menyertaimu.... Bye... :)
Langganan:
Postingan (Atom)